
Elat (Werka), Evav Terkini.com
Masyarakat Adat Ohoi Werka menggelar prosesi ritual adat sebelum pemancangan sasi adat sebagai tanda larangan untuk tidak mengambil hasil laut dan darat dalam kurun waktu tertentu. Senin (3/3-2025).
Proses adat yang dipimpin Raja Lor Labai Bapak Hen Renurth dan didampingi tokoh adat, tokoh agama, serta Kepala Ohoi Abraham Renurth dan perangkatnya itu mulai keluar dari rumah raja menuju Woma El Somlain yang berjarak kurang lebih 50 meter.
Di Woma, warga yang lain dengan posisi mengelilingi Woma, dan sambil berbicara dalam bahasa adat, Raja Renurth memulai ritual adat, yakni mengurapi 6 buah Huwear (Sasi adat) yang sudah disiapkan dengan menggunakan kemenyan, minyak dan emas.
Selanjutnya Raja bersama Bal Rayatnya (masyarakat adatnya) dengan hikmah membawa Huwear (Sasi adat) yang pertama menuju ke daerah Meti, bahkan sampai di air laut setinggi lutut orang dewasa. Tepat di depan kampung kemudian ditancap Huwear (Sasi adat) yang pertama tersebut. Sementara 5 Sasi yang lain ditancap di 5 titik tempat yang berbeda di darat
Usai kegiatan yang sarat dengan nuansa adat itu, kepada media ini Raja Renurth mengatakan, kalau Huwear (Sasi adat) diyakini sejak leluhur sebagai bagian dari adat yang memiliki nilai adat yang sakral, sehingga perlu dilestarikan. Karena kata Raja Renurth, keberadaan Huwear untuk menjaga hak milik seseorang agar yang punya tetap menjadi miliknya, bagi masyarakat adat suku Kei, Huwear diakui sebagai hakim adat tertinggi.
” Sasi itu untuk membenarkan siapa yang punya itu dia punya. Nilai sasi itu memang sakral, kata Raja Renurth kenap demikian, Sasi ada sejak leluhur itu sasi itu sudah ada, untuk membatasi hak kita dengan orang lain, yang kita punya hak itu kita punya, ” ujar Raja Renurth menutup.
Reporter: Tarsy Temorubun