
Elat (Werka), Evav Terkini.com
Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta belum lama ini kembali melakukan penelitian yang kali ke 2 di daerah petuanan konservasi adat Werka Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara, penelitian kali ini bertujuan untuk memantau sekaligus memastikan sudah sejauh mana perkembangan baik jumlah maupun bentuk dan ukuran biota laut khususnya teripang di petuanan tersebut.
” Kami ingin mengamati ulang terkait dengan jenis-jenis teripang yang ada di sini untuk melengkapi data-data kemarin (hasil penelitian 6 bulan lalu), lanjut Lasmining, kan sekarang pasang Sasi, mungkin perkembangan enam bulan lalu masih yang kecil-kecil mungkin sekarang sudah tumbuh besar dan tambah banyak jumlahnya, ” ujar Lasmining salah satu anggota tim peneliti BRIN di Werka Sabtu (19/4-2025).
Tim juga melakukan kegiatan yang sama di Ohoi Ohoirenan dan Ohoi Ohoiwait, dengan fokus pengamatannya pada perkembangan hasil lola.
” Di Ohoirenan dan Ohoiwait terkait dengan sasi Lola dan teripang, di dua desa itu setelah buka sasi tahun 2025 hasilnya menurun dari tahun-tahun sebelumnya, makanya kita coba buat penelitian di dua desa itu untuk amati perkembangan Lola di sana, ” pungkas Lasmini.
Sementara menurut Koordinator penelitian BRIN Pusat Riset dan Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat Andreas Samu samu (40), secara teknis menjelaskan, dalam perkembangan hasil survei kali ini selain ditemukan lagi 3 sampai 4 jenis teripang, dari sisi ukuran kata Andreas sudah mencapai 10 – 15 cm. Tim juga menemukan jenis biota lain yakni lola di kawasan konservasi adat Werka yang dalam populasi yang cukup banyak
” Sebenarnya kami fokus hanya teripang dan ada penambahan tiga Sampai empat jenis, ukurannya juga sudah sepuluh sampai lima belas centi meter, tapi ternyata juga ditemukan Lola pada areal yang diambil sebagai sampel, itu cukup padat jumlahnya, ” pungkasnya.
Baik Lasmining maun Andreas, keduanya mengakui benar, kalu Sasi memiliki nilai sakral terutama jika dilaksanakan pada kawasan konservasi adat untuk melindungi hasil alam.
” Sasi itu sangat penting, memiliki nilai luhur yang tinggi karena menjadi warisan para leluhur jadi harus tetap dijaga terkait dengan kawasan waktu panen, jadi harus ada kajian ilmiah, ” tutur Andreas
Keduanya juga berharap, Sasi menginspirasi untuk bukan saja secara lokal tetapi juga pada tingkat skala nasional dan internasional.
Reporter: Tarsy Temorubun