
Elat (Wulurat), Evav Terkini.com
Proses penutupan atap Kuba Gereja Katolik Santo Antonius De Padua Wulurat sarat dengan bernuansa adat.
Di Woma
Acara perarakan Plat (atap) Kuba di mulai dari lokasi Woma El Walob Bailnganu yang terletak di dalam Benteng batu koyam faak 4 marga besar di Wulurat (Sarkol, Rahangiar, Moryaan dan Morwarin)
Setelah ritual (doa adat) disampaikan Pemangku adat setempat Bapa Yohanis D Moryaan, dilanjutkan dengan acara pembagian plat lembar per lembar kepada Yanfat (keluarga yang pancaran darahnya berasal dari Ohoi Wulurat yang kawin di luar atau kampung lain) termasuk dibagikan juga kepada keluarga Banda Elat dan Wakol sebagai wujud pertanggung jawaban adat kepada Mel Mangohoi tali persaudaraan yang sedang menghadapi pekerjaan berat, serta kekerabatan dan toleransi.
Kemudian diantar dengan tarian adat dan tipal gong, Yanvat berbaris sambil membawa plat atap Kuba menuju lokasi Gereja baru yang berjarak kurang lebih 300 meter.
Di Lokasi Gereja
Setelah tiba, plat diletakan pada tempat yang sudah disiapkan.
Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santo Antonius De Padua Wulurat Servandus B Rahangiar dalam laporannya menyatakan, sesuai tradisi adat dan budaya Kei sejak jaman dahulu hingga sekarang, setiap momen tutup atap baik untuk sebuah bangunan pribadi (rumah tinggal) maupun bangunan umum, Gereja, Mesjid dan lain-lain, selalu diwarnai dengan nuansa adat
” Sebagai bagian dari anggota masyarakat adat, maka dalam proses pembangunan suatu bangunan di tanah Kei mulai dari pondasi sampai ofor kuncipun ada syarat-syarat yang harus kita lalui, dan hari ini kita di tempat ini dalam momen adat untuk terak (tutup) Kuba Gereja Katolik Santo Antonius De Padua Stasi Wulurat, ” cetusnya
Ia menambahkan, pelaksanaan momen adat dimaksud untuk melestarikan warisan budaya Leluhur.
” Dengan momen ini mengingatkan kita akan apa yang merupakan warisan dari leluhur kepada kita sekarang untuk lestarikan dari generasi ke generasi, ” sebutnya menambahkan
Menurut Rahangiar, dalam era modernisasi seperti sekarang ini keberadaan budaya kita menjadi terancam, kendati demikian perlu ada tokoh-tokoh adat dan masyarakat yang harus berperan untuk menegakan dan melestarikan budaya Kei dari ancaman kepunahannya.
” Dalam kondisi yang modernisasi sekarang ini keberadaan budaya Kei terancam, dalam kondisi ini harus ada tokoh-tokoh yang berperan dan peduli terhadap budaya kita, ” ujar Rahangiar
Kata Rahangiar, akhir-akhir ini sering orang membangun rumah tidak lagi memulai dengan proses adat, padahal kata Rahangiar, melalui momen adat ada nilai-nilai positif yang kita peroleh
” Terkadang orang bangun rumah lalu panggil tukang datang kerja selesai. Lanjut Rahangiar, melalui momen adat, ada nilai positif, nilai kebersamaan dibangun, nilai toleransi terbangun, nilai kekeluargaan terbangun, ” sebutnya
Acara tutup atap Kuba Gereja Santo Antonius De Padu Stasi Wulurat itu selain melibatkan Ohoi-ohoi tetangga, termasuk Wakol, Elat dan warga dari Pulau Kelapa (wujud kebersamaan dan toleransi), para Pejabat dan Kepala Ohoi se Kecamatan Kei Besar.
Pewarta Tarsy Temorubun